Ketika Mencintai Sesuatu
Assalamualaikum Sugeng Sonten
Tak terasa Hari ini adalah hari raya yang ke 25 setelah bergelar sebagai Ibu Rumah Tangga. Biasanya menyambut hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha sebagai Ibu Rumah tangga saya selalu menyiapkan ketupat, sayur godog dan semur daging. Namun hari raya ke 25 ini, Idul Adha 1446 H , Jum'at 6 juni 2025 tak seperti biasanya, kami tak menyediakan apapun dimeja, untuk lauk makan cukup memilih dan membeli di warung padang langganan.
Bukan karena sehari sebelum hari raya masih ada kegiatan menjadi panitia PSAT di sekolah, namun memang kami memilih hanya menikmati sisa hari saja.
Pada hari kamis, saya kehilangan laptop pribadi, laptop merk Acer yang entah tipe apa sudah lupa. Laptop yang diberikan oleh suami.. iyah musibah memang tidak ada tanggal pastinya..
Sebetulnya ini bukan kehilangan pertama dalam hidup saya, saya pernah kehilangan seorang yang saya cintai baik dipisahkan maut lalu dipisahkan kembali dengan orang saya cintai karena takdir, saya sebelumnya juga pernah kehilangan laptop karena rumah yang terbakar dan kehilangan kehilangan yang lainnya. Kehilangan baik yang sudah diketahui jadwalnya maupun kehilangan dalam keadaan yang tiba tiba mesti menimbulkan perih di dada..
"Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam."
(QS. Al-An'am: 162)
Kembali memaknai di hari raya idul adha ini, kisah Nabi Ibrahim dan Putranya Ismail akan diputar ulang baik di mimbar masjid maupun di media sosial. Kisah seorang ayah yang diuji oleh perintah Allah untuk menyembelih anaknya sendiri, dan seorang anak yang dengan penuh tawakal menyerahkan dirinya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, Nabi Ibrahim membaringkan Ismail seperti hewan sembelihan, dengan hati penuh rasa takut dan cinta, Nabi Ibrahim menyiapkan pisau untuk menyembelih putranya. namun saat pisau akan menyentuh leher Ismail, Allah menurunkan firman- Nya dan menggantikan Ismail dengan seekor kambing besar.
Allah tidak membutuhkan darah Ismail, bukan pula daging kurban yang di sembelih. Idul Qurban bukan bicara tentang menghilangkan nyawa melainkan menghilangkan ego dan rasa memiliki. Ego yang membuat kita sering tak sadar menjadikan seseorang atau sesuatu adalah milik kita tak boleh disentuh oleh siapapun. Allah ingin Ibrahim menaklukkan rasa " ini anakku", "ini milikku" dan "aku tak bisa hidup tanpanya". Nabi Ibrahim membuktikan dirinya bahwa cintanya kepada Allah lebih besar dari rasa memiliki terhadap sesuatu bahkan kepada putranya sendiri.
Hakikatnya Ismail adalah sesuatu yang kita cintai sedalam dalamnya, yang ingin kita genggam seerat-eratnya, "ini milikku, jangan ganggu". Ismail bisa saja lelaki yang kita cintai, orang tua yang kita sayangi, anak yang kita bentuk sesuai keinginan atau bahkan laptop dan barang yang baru saja hilang. Padahal semua itu adalah titipan.
Aku mencintai langit dan segenap cuacanya, namun ku katakan pada diri bahwa aku lebih mencintai pembuat langit dan menerima qada dan qodar nya.
Tugas hati adalah menerima, mungkin butuh waktu, tak mengapa, aku pelan pelan saja.
Arry WiJaya

Komentar
Posting Komentar